Senin, 11 Agustus 2025

Rangkuman tulisan


Bab 1: Pendahuluan

  • Latar Belakang: Pendidikan seni di sekolah penting karena bersifat multilingual (mengembangkan ekspresi diri melalui berbagai media), multidimensional (menyeimbangkan fungsi otak kanan dan kiri), dan multikultural (menumbuhkan apresiasi terhadap keberagaman budaya). Pendidikan seni juga berfungsi sebagai media efektif untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan sensitivitas anak, serta membentuk kepribadian mereka.

  • Pentingnya Periodisasi: Pendidik seni perlu memahami karakteristik gambar anak berdasarkan periodisasi perkembangan yang dikemukakan oleh para ahli, seperti Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain. Ini membantu pengajar memilih strategi pembelajaran yang tepat.

  • Karakteristik Anak SD: Anak SD (6-12 tahun) memiliki dua tahap utama: kelas 1-3 dengan dominasi fantasi-imajinasi, dan kelas 4-6 dengan mulai berfungsinya rasio.

  • Tujuan dan Manfaat: Tulisan ini bertujuan menganalisis karakteristik gambar anak berdasarkan teori Lowenfeld dan Brittain. Manfaatnya adalah untuk mengidentifikasi usia perkembangan anak dari karya gambarnya dan menghubungkannya dengan unsur serta prinsip desain.


Bab 2: Pembahasan

2.1 - 2.3 Konsep dan Peran Seni dalam Pendidikan

  • Definisi Seni: Seni adalah proses kreatif yang mengatur unsur-unsur untuk menarik indra atau emosi. Seni memiliki sifat kreatif, individual, perasaan, abadi, dan universal.

  • Seni sebagai Ilmu: Seni adalah bidang ilmu yang perlu dipelajari karena mengandung nilai-nilai yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, sehingga memerlukan kurikulum, metode, dan sarana yang terencana.

  • Seni sebagai Media Pendidikan: Pendidikan seni merupakan cara untuk menanamkan pengetahuan dan keterampilan, membuat anak menjadi kreatif, inovatif, serta peka terhadap perubahan sosial budaya. Seni juga membantu manusia untuk memahami dan berekspresi melalui berbagai "bahasa" artistik.

2.4 Tujuan Pendidikan Seni di SD

Tujuan pendidikan seni di SD adalah:

  1. Memberikan fasilitas untuk ekspresi bebas.

  2. Melatih imajinasi dan pengalaman estetik.

  3. Membina keterampilan berkarya.

  4. Menggunakan seni sebagai alat pendidikan untuk mengembangkan kreativitas, bukan untuk menjadikan anak seniman.

  5. Membantu pertumbuhan mental anak dan berfungsi sebagai bahasa visual mereka.

2.5 Pendekatan Pembelajaran Seni Rupa

  • Pendekatan: Pembelajaran dapat dilakukan secara terpisah (sesuai bidang seni) atau terpadu (menggabungkan beberapa bidang seni).

  • Proses: Pembelajaran lebih menekankan pada proses berkarya daripada hasil akhir, dengan tujuan utama mengembangkan sikap, bukan hanya keterampilan.

  • Pengembangan Otak: Pendidikan seni berperan penting dalam mengembangkan belahan otak kanan, yang berhubungan dengan kreativitas, imajinasi, dan warna. Sinergi antara otak kiri (logika) dan kanan (kreativitas) sangat penting untuk kecerdasan optimal.

2.6 - 2.8 Karakteristik dan Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak

  • Perkembangan Persepsi: Anak mengalami perkembangan persepsi terhadap bentuk, warna, dan gambar seiring bertambahnya usia. Awalnya anak hanya bisa membedakan warna primer dan bentuk sederhana, kemudian berkembang menjadi pengamatan yang lebih sistematis dan detail.

  • Seni Anak sebagai Permainan: Menggambar bagi anak adalah bagian dari permainan yang spontan dan konstruktif. Kegiatan ini melatih gerak motorik, koordinasi tangan dan mata, serta mengembangkan imajinasi.

  • Tugas Pendidik: Pendidik perlu mengenal periodisasi perkembangan seni rupa anak untuk memilih pendekatan, merancang pengajaran, dan melakukan evaluasi yang tepat.

  • Masa Keemasan: Usia 6-10 tahun disebut "masa keemasan ekspresi kreatif" (golden age of creative expression), di mana anak sangat menyukai kegiatan menggambar.

2.9 Periodisasi Perkembangan Seni Rupa Anak-Anak

Penelitian Lowenfeld dan Brittain membagi perkembangan seni rupa anak ke dalam beberapa periode:

  1. Masa Mencoreng (Scribbling Stage) (2-4 tahun):

    • Ciri-ciri: Goresan tak beraturan, terkendali, hingga bermakna. Anak mulai memberi nama pada coretannya.

  2. Masa Prabagan (Pre-schematic Stage) (4-7 tahun):

    • Ciri-ciri: Menggambar objek yang berhubungan dengan dunia sekitar (manusia, rumah). Bentuk geometris dasar mulai digunakan. Penempatan dan ukuran objek bersifat subjektif.

  3. Masa Bagan (Schematic Stage) (7-9 tahun):

    • Ciri-ciri: Munculnya garis dasar (base line). Penggambaran "sinar X" (X-ray) dan idioplastis (gambar tembus pandang). Warna mulai objektif.

  4. Masa Realisme Awal (Early Realism Stage) (9-12 tahun):

    • Ciri-ciri: Perhatian pada objek meningkat, bentuk mulai mengarah realistis tapi kaku. Munculnya garis horizon dan dekorasi. Terlihat perbedaan minat antara anak laki-laki dan perempuan.

  5. Masa Naturalisme Semu (Pseudo Naturalistic Stage) (12-14 tahun):

    • Ciri-ciri: Gambar lebih detail, spontanitas hilang. Anak mulai kritis terhadap karyanya sendiri dan memperhitungkan perspektif.

  6. Masa Penentuan (Period of Decision) (14-17 tahun):

    • Ciri-ciri: Kesadaran akan kemampuan diri tumbuh. Anak yang berbakat akan melanjutkan kegiatan seni, sementara yang merasa tidak berbakat akan meninggalkannya.

2.10 Deskripsi dan Analisis Karya Anak

  • Karya I & II (Aqila, 9 tahun): Termasuk periode Realisme Awal. Karakteristiknya adalah gambar yang mengarah realistis, adanya garis horizon yang belum sempurna, dekorasi, dan penggunaan warna analogus/turunan tanpa efek bayangan.

  • Karya III (Sanggar Azalia): Termasuk periode Realisme Awal yang lebih maju, di mana gradasi warna dan perspektif sudah lebih baik, namun masih ada beberapa ketidaksempurnaan dalam proporsi.

  • Karya IV (Nurhabiba, SMP): Termasuk periode Naturalisme Semu. Karakteristiknya adalah gambar yang realistis, proporsi objek yang sesuai, gerakan luwes, dan penggunaan efek warna digital yang detail.


Bab 3: Kesimpulan

  • Memahami karakteristik perkembangan gambar anak, terutama melalui teori Viktor Lowenfeld dan Lambert Brittain, sangat penting bagi pendidik.

  • Hal ini membantu guru dalam memilih pendekatan, merancang pembelajaran, dan melakukan evaluasi yang tepat agar dapat memanfaatkan "masa peka" anak secara maksimal.

  • Dengan demikian, tujuan pendidikan seni untuk mengembangkan kreativitas dan imajinasi anak dapat tercapai secara optimal.

Label